Cin(T)a, GOD is a director: Antara Cina, Tuhan, dan Annisa


Beberapa bulan yang lalu saya pergi ke rentalan CD untuk meminjam beberapa film, salah satu kebiasaan saya untuk menghilangkan penat. Saya melihat di rak “new release” dan di situlah saya menemukan cover film ini. Saya langsung mengambil tempat CDnya dan mengamati covernya lebih jauh. Sinopsisnya pun tak luput dari mata saya, dan membuat saya jatuh hati setelah selesai membacanya. Mungkin sudah ada dari pembaca yang menonton film ini. Tapi, di sini saya mencoba untuk menulis sinopsisnya setelah menonton film ini, sekedar untuk resensi. Memang agak telat ketika saya memposting resensinya sekarang, karena film ini sudah agak terlalu lama. Tetapi semoga resensi ini bermanfaat bagi beberapa pembaca yang belum pernah menontonnya sehingga tertarik menonontonnya setelah membaca resensi film ini. Atau untuk pembaca yang sangat antusias dengan film ini, penjelasan resensi ini mungkin akan membantu mengobati rasa kangen Anda terhadap film ini.

* * *

Cina (Sunny Soon), adalah mahasiswa baru yang belum pernah mengalami kegagalan dalam hidup, sehingga dia yakin bisa mewujudkan impiannya hanya dengan modal iman.

Annisa (Saira Jihan), mahasiswi tingkat akhir yang kuliahnya terhambat karena karirnya di dunia film. Popularitas dan kecantikan membuatnya kesepian, sehingga ia bersahabat denga jarinya sendiri yang selalu digambari bermuka sedih. Sampai suatu hari datang ‘jari’ lain yang menemani.

(T), karakter yang paling tidak bisa ditebak. Setiap orang merasa mengenal-Nya. Setiap karya seni mencoba untuk menggambarkan-Nya, tapi tidak ada yang benar-benar mampu menggambarkan-Nya.

(T), mencintai Cina dan Annisa, tapi Cina dan Annisa tidak dapat saling mencintai karena mereka memanggil (T) dengan nama yang berbeda.

Agustus 2000, Cina baru masuk menjadi mahasiswa baru di Jurusan Arsitektur, Institut Tekhnologi Bandung. Di sanalah pertama kalinya dia bertemu dengan Annisa, mahasiswa tingkat akhir yang kuliahnya terhambat karena karirnya sebagai bintang film dan masalah keluarganya. Awalnya, Cina tidak menaruh perhatian pada Annisa, meskipun teman-temannya kerap membicarakan Annisa yang notabennya seorang artis. Karena, menurut Cina, berdasarkan Hukum Newton I, kecantikan berbanding terbalik dengan kepintaran. IPK Annisa yang hanya 2,1 membenarkan hukum newton I versi Cina tersebut.

Cina, adalah orang Batak keturunan tionghoa, yang beragama Kristen dan taat beribadah. Cita-citanya ingin menjadi gubernur Tapanuli jika Tapanuli sudah menjadi sebuah provinsi. Sedangkan Annisa, adalah muslim keturunan Jawa. Dia juga seorang bintang film yang rajin beribadah.

Sebelum dekat, keduanya menghadapi problematika hidupnya masing-masing. Cina, meskipun keturunan Tionghoa, namun kehidupan ekonomi keluarganya pas-pasan. Itu sebabnya dia bekerja paruh waktu dan berusaha mencari beasiswa untuk meringankan biaya kuliahnya.

Sedangkan Annisa, seorang bintang film yang kesepian karena popularitas dan kecantikannya. Di tambah prestasinya yang buruk di perkuliahan, yang membuatnya di pergunjingkan. Itu sebabnya dia bersahabat dengan telunjuk jarinya sendiri yang digambari wajah sedih. Tugas Akhirnya pun terhambat. Dalam rancangan Tugas Akhirnya, Annisa ingin membuat rumah susun untuk rakyat dengan fasilitas sekelas apartemen. Hal itu yang membuat Tugas Akhirnya di tolak 3 kali karena proyek tersebut tidak visibel di mata dosen.

Suatu ketika, Cina tidak sengaja menabrak Annisa yang baru saja menyelesaikan maket proyek tugas akhirnya hingga maket tersebut rusak. Tanpa sepengetahuan Annisa, Cina membuat ulang maket Annisa. Namun, rancangan TA Annisa tetap di tolak karena prinsip idealisme yang dipegangnya.

Cina pun tertarik untuk membantu Annisa menyelesaikan Tugas Akhirnya. Apalagi mengetahui konsepan proyek tersebut lebih jauh. Annisa ingin membuat desain rumah susun tersebut tanpa desain pintu dan jendela. Karena baginya, arsitek itu berasa Tuhan. Mereka pikir, mereka yang paling tahu konsepan terbaik untuk manusia, padahal yang tahu konsepan terbaik yang sebenarnya adalah manusia itu sendiri.

Pertemuan yang intens, membuat Cina dan Annisa semakin dekat. Karena perbedaan yang ada di antara mereka, terjadilah dialog cinta yang banyak menggugat banyak perkara tentang cinta, Tuhan, agama, dan kehidupan nyata. Salah satunya terlihat pada dialog antara Cina dan Annisa mengenai siapa pendamping mereka kelak. Annisa yang sudah dijodohkan Ibunya dengan seorang keturunan beragama Islam. Sedangkan Cina ingin istrinya kelak mencintai Tuhannya lebih dari dirinya.

Banyak pula pertanyaan-pertanyaan yang muncul di antara mereka, tapi tak pernah ada konflik, seperti pertanyaan “Kenapa Allah nyiptain kita beda-beda, kalau Allah cuma ingin di sembah dengan satu cara?” yang di lontarkan Annisa.

Pada tahun itu, perayaan Idul Fitri dan Hari Natal berdekatan. Cina pun membantu Annisa membuat ketupat, sebaliknya Annisa juga membantu Cina menghias pohon natal.

Rasa emosi di antara keduanya kemudian muncul ketika Cina dan Annisa memperdebatkan masalah pengeboman gereja-gereja di Indonesia pada Hari Natal. Cina memutuskan untuk mengambil beasiswanya ke Singapura yang belum di ambilnya karena dia mengambil kuliah di ITB. Cina merasa kehadirannya sebagai orang Kristen tidak akan diterima di Indonesia apalagi bila dia mewujudkan mimpinya menjadi gubernur, karena dia menyadari bahwa mayoritas orang Indonesia adalah muslim. Sedangkan Annisa, akhirnya menerima perjodohan dari Ibunya.

* * *

Cin(T)a the movie

Cin(T)a the movie

“Sebuah film yang digarap komunitas indie. Menyentuh persoalan yang cukup sensitif, namun dikemas secara humanis. Menyuarakan toleransi dan perdamaian yang indah”.

Film “cin(T)a” ini adalah film indie yang diproduksi oleh Sembilan Matahari Film dan Moonbeam Creations. Sammaria Simanjuntak dan Sally Anom Sari adalah penggarap skenarionya. Film tersebut pernah ditayangkan di National Film Theater-British Film Institute, London, 29 Mei 2009 (lh. Kompas, Minggu, 16 Agustus 2009, hal. 19). Film tersebut mulai ditayangkan untuk umum di Blitzmegaplex, pada tanggal 19 Agustus 2009. Padahal saya baru tahu film ini beberapa bulan lalu, hahahaa, sungguh katrok ya saya.. 😀

Saya bukan termasuk orang yang meng-halal-kan pernikahan beda agama. Tapi entah, film ini membawa saya pada titik pandang yang berbeda. Walaupun saya tetap tidak menghalalkan pernikahan beda agama setelah menonton film ini, tapi banyak hal yang patut saya kaji mengenai PERBEDAAN. Dimana perbedaan tidak selalu harus ‘dipersalahkan’. Tuhan menciptakan makhluknya dengan segala perbedaan, dan karena itu pula kita di tuntut untuk saling mengisi.

Cin(T)a merupakan kisah cinta segitiga antara seorang pria bernama Cina, dan seorang wanita bernama Annisa serta Tuhan (Allah). Dalam film ini, Cina dan Annisa menjalin kasih dan Allah mengasihi mereka, tetapi Cina dan Annisa tidak dapat saling mencintai, karena terbentur masalah agama, yaitu perbedaan cara mereka memanggil Tuhan.

Yang saya suka dari film ini adalah film ini bercerita tentang masalah perbedaan memeluk agama yang dibalut dengan masalah percintaan, serta bagaimana kita dapat menerima perbedaan tersebut.

Dua insan yang sedang jatuh cinta itu mengungkapkan berbagai dimensi cinta: agape dan eros, dengan berbagai macam cara. Bahasa cinta yang dimainkan melalui jari telunjuk bergambar wajah manusia, perempuan dan laki-laki itu secara halus mengungkapkan pengalaman eros;  dan kesediaan mereka untuk berbagi, saling membantu dalam kesulitan menjadi perwujudan agape yang mengesankan.

Menurut saya, dialog-dialog dalam film ini bermakna, meskipun dialognya di kemas dengan sederhana, namun mengusik kesadaran masyarakat Indonesia. Sekali lagi, karena film ini mengemas tentang banyak perbedaan, maka dialog cinta antara Cina dan Annisa tersebut mengantar kita untuk secara pribadi menanggapi pertanyaan-pertanyaan kedua insan itu tentang cinta, Tuhan, agama, dan kehidupan nyata. Perbedaan adalah suatu kenyataan, namun Tuhan pun adalah suatu kenyataan. Dan Tuhan itu Allah, dan Allah adalah cinta: “Deus caritas est” (1 Yoh 4:8)

Film ini juga menghadirkan warna Indonesia dengan menyisipkan simbol nasionalisme, seperti Burung Garuda dan bendera Merah Putih. Tak lupa, ciri khas daerah juga di tampilkan seperti boneka wayang, yang merupakan ciri khas Jawa, serta prosesi mandi kembang sebelum menikah yang dilakukan Annisa yang merupakan adat pre-wedding suku Jawa.

Dalam pengemasannya, film ini menggunakan dua konsep sinematorafi. Mengingat keberadaan Tuhan sangat subjektif pada setiap orang, Sammaria meletakkan penonton pada ‘sudut pandang Tuhan’. Huruf T yang terselip di antara kata Cin(T)a, yang jadi judul film, merujuk pada Tuhan.

Kedua, film ini menggunakan konsep “dunia hanya milik berdua”, karena ketika kita jatuh cinta, dunia serasa milik berdua. Ini terlihat dari awal hingga akhir, peran dan dialog hanya dilakukan oleh Cina (Sunny Soon) dan Annisa (Saira Jihan), walaupun ada juga dialog dari pemeran lain, tetapi tidak diperlihatkan wajahnya atau ada suara tetapi tidak ada penampakan wujud.

Mengangkat tema yang “tidak biasa” di dunia perfilman Indonesia, Film cin(T)a ini menyabet dua penghargaan yaitu sebagai Best Original Script Festival Film Indonesia (FFI) 2009 dan Winner Audience Award Jakarta Indie Film Festival (JIFFEST) 2009, yang menambah point plus di mata saya.

Anda tertarik untuk menontonnya? Jangan buang waktu lagi, silahkan menyimak film yang tidak biasa di tengah perfilman Indonesia yang biasa ini. 🙂

Agustus 2010
-phia-

beberapa kutipan dari pelbagai sumber.

60 pemikiran pada “Cin(T)a, GOD is a director: Antara Cina, Tuhan, dan Annisa

  1. sama phi, aku juga baru nonton. minggu kemarin malahan, hehehe….
    yang ironis waktu ntn film ini. pas nonton ama temen depan kamar kost. kisahnya pas bgt ma nasibnya temenku. sama2 arsitek+ujian 3x gagal. jadi aku lihatnya agak ngaco kmrn, coz sibuk ngejek temen, lalaalalala….

    tapi kesimpulanmu bagus phi, setuju bgt…

  2. phia salam kenal ..
    aku boleh tau beli filmnya dimana sih ?
    kalo bisa sama bukunya kalo ada .
    udah nyoba nyari gak dapet .
    upload juga gak bisa bisa
    makasih yaaa :”)

    • salam kenal juga, putri.. 🙂
      Wah, aku nggak beli filmnya. Tapi pinjam di rentalan Film.
      Coba deh putri nyari di rentalan film juga. Semoga ketemu yaa… 🙂
      Kalo belum ketemu juga, silahkan hubungi aku deh. Soalnya aku punya copy-an filmnya. 🙂

  3. sangat menyentuh, sebuah film yang sarat akan makna dan moral value. satu yang benar benar gw dapet dari pilem ini “JANGAN PERNAH MERASA PALING BENAR, Jika kita tidak bisa menjadi manusia yang baik, paling tidak jangan pernah merendahkan orang lain, apapun mereka :'(”

    trus masih inget banget kata Anissa yang bener2 nampar gw sebagai manusia yang beragama “Kenapa si lw percaya banget sama gw, Tuhan gw aja berani gw khianati, apalagi lw?”

    jujur, saat denger quote itu gw sempat terdiam dan merenung lama.. anyway, resensi yang bagus sister.. 🙂

    • Iya, betul sekali, mas. Film ini memang sangat menyentuh dan penuh dengan makna…

      Iya, aku juga ingat kata-katanya Annisa.. 🙂

      Makasih, mas. Resensi ini juga ada yg aku kutip dari beberapa sumber kok..
      Semoga resensinya bermanfaat.. 🙂

  4. aku malah udah nonton pilm ini 8 kali,,
    sampai2 hapal dialog ni pilm,,
    hehehehehe,,,
    tp dialog2x emg keren,,kena bgt…
    Salutlah ama penulis skenariox,,

  5. gw suka gaya ngomong na anisa,,beeee gmana gtu,,kata2 yg gw ska tu : “gimana ko u masuk kristen aja,yakin lhoe masih mau ma gw,tuhan gw aja brani gw hianatin,gmana lhoe tar”….”arsitek itu sering brasa tuhan,brasa paling tau apa yg orang lain butuhkan”,,,,,” orang cantik gak akan mrasa dri nya cantik”,,,,”kenapa tuhan menciptakan perbeda kalau ia hanya ingin di sembah dgn satu cara”,,,”makanya tuhan menciptakan cinta,supaya perbedaan dapat di stukan….dll lah pokoknya,,pengen ntn cin(T)A 2,,,,hehehe

    • Film ini memang film indie.
      Setiap orang kan punya pandangannya sendiri2 tentang sebuah film, mas. Tulisan ini adalah pandangan sy utk film ini.
      Bagi ms, mgkn sound-nya buruk.
      Tp sy menikmati music maupun lagu2-nya homogenic di film ini.

      Meskipun selera kita berbeda, trimakasih sdh koment & berkunjung disini. 🙂

    • Kalau menurut saya sih, ada banyak perbedaan di dunia ini. Jadi, intinya perbedaan bukan untuk dipisahkan atau tidak bisa disatukan. Tapi lebih kepada bagaimana cara kita untuk menghargai perbedaan itu sendiri. 🙂

  6. Aku br donlod td dn br slsai nton tp msh pnsrn lg utk bc resensinya lg.. nah aku bc resensi mba phia.. wah aku suka banget dikemas sangat menarik dn mudah mengerti.. phia hebat.. makasih yh buat tulisanmu ini.. 🙂 btw aku jg katrok br nonton skrg *ngakak dlm hati* cerita dr film ini bgs beut aplg pd thn 2010 yh.. tp gag bersatu yah.. mgkn kalo bersatu lbh ngenak lg yh hehe.. 100 jempol deh buat film cin(t)a dn resensi mba phia.. GBU :*

    • Waah, selamat menonton. Mungkin bagi sebagian org, ada yg kurang suka filmnya atau mungkin kurang memahami filmnya. Tp sy suka. 🙂
      Sama-sama, senang bisa membantu yg ingin tahu resesnsinya. 🙂

  7. Filmnya bagus bgt menurut saya kreatif, cerdas mendididik dan membuat kita membuka mata dalam banyak hal. negara indonesia memang tidak memperbolehkan menikah beda agama tpi kita tidak pernah dilarang untuk saling mencintai beda agama meskipun menikah dilarang….

  8. Ping balik: Resume Film : Cin(T)a | Ridwan Azhary

  9. Ping balik: Kaitan Film Dengan Materi-materi IBD | simeiliandri

Tinggalkan Balasan ke phia Batalkan balasan